Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap Kerja Enzim

Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap Kerja Enzim – I. Judul Laporan: Pengaruh konsentrasi enzim dan pH terhadap aktivitas enzim II. Hari/Tanggal Penghakiman : III. Ujian Akhir: IV. Tujuan percobaan adalah untuk mengetahui apakah pH dan konsentrasi enzim mempengaruhi aktivitas enzim. Zat yang terlibat dalam reaksi katalis oleh enzim disebut substrat. Dan sesuatu yang baru dari reaksi tersebut disebut produk. Kebanyakan enzim bekerja dengan sangat baik, artinya enzim dapat menghasilkan reaksi tertentu tanpa menimbulkan efek samping. Hampir semua enzim dalam tubuh adalah protein. Enzim diklasifikasikan menjadi enam kelompok utama berdasarkan jenis reaksi yang dikatalisisnya. Penamaan enzim dilakukan dengan menambahkan akhiran “ase” pada substrat yang berhubungan dengan reaksi enzim atau jenis reaksi yang digerakkan oleh enzim yang bersangkutan. B. Mekanisme dan modifikasi aktivitas enzim

Konversi reaktan menjadi produk enzim dapat dikelompokkan menjadi dua tahap: Pertama, enzim menempel pada substrat membentuk kompleks enzim substrat yang lebih stabil.

Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap Kerja Enzim

Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap Kerja Enzim

Kompleks Enzim – Substrat ini selanjutnya diubah menjadi produk pada langkah kedua. Pada langkah kedua ini terjadi hubungan antara bagian-bagian enzim, yaitu sebagian residu asam amino dari enzim dan substratnya. Lokasi dimana gugus atau atom dalam enzim polipeptida terlibat langsung dalam reaksi katalis disebut lokasi aktif enzim. Mekanisme kerja masing-masing enzim sangat spesifik, tergantung pada komposisi residu asam amino pada bagian aktif enzim yang bersangkutan. Namun secara umum mekanisme ini dapat dibagi menjadi empat langkah berikut:

8 Seorang Ilmuwan Menguji Pengaruh Suhu Dan

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi enzim adalah: a. Pengaruh suhu: Setiap enzim memiliki pH dan suhu yang berbeda agar dapat bekerja optimal. Sebab jika suhu dan asam tidak sesuai dengan sifat enzim maka enzim tidak dapat berfungsi secara maksimal, inert bahkan rusak, yang dalam istilah biologi disebut denaturasi. Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, tetapi enzim tidak bekerja. Ketika suhu lingkungan meningkat, enzim mulai berfungsi sebagian dan mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu. Jika suhu terus berlanjut maka jumlah enzim aktif akan berkurang akibat denaturasi. Kecepatan reaksi enzim mencapai puncaknya pada suhu optimum. Enzim dalam tubuh manusia memiliki suhu optimum sekitar 37 derajat Celcius. Kebanyakan enzim menjadi tidak aktif bila dipanaskan sampai ±60°C ketika terjadi perubahan warna (Hafiz Soewoto, 2000). Suhu campuran reaksi juga mempengaruhi kecepatan reaksi enzim. Jika reaksi berlangsung pada suhu yang berbeda, siklus kontak akan menunjukkan suhu tertentu yang menghasilkan laju reaksi maksimum. Jadi dalam hal ini juga terdapat kondisi optimal yang disebut suhu optimum. Namun kondisi yang menyebabkan suhu lebih rendah dari optimal adalah selisih antara suhu lebih rendah dan suhu lebih tinggi. Pada suhu rendah, penyebab penurunan laju reaksi enzim adalah kurangnya pergerakan termodinamika, yang menyebabkan penurunan tumbukan enzim dan molekul substrat. Jika interaksi antara kedua molekul tidak terjadi maka kompleks ES tidak terbentuk. Meski ini rumit.

Pentingnya S dengan P. sehingga pada suhu yang lebih rendah gerak termodinamika akan berkurang. Enzim seperti protein akan mengalami perubahan warna jika suhu naik. Akibatnya kapasitas kerja enzim menurun. Pada suhu 45°C, efek dominan masih menunjukkan peningkatan aktivitas seperti yang diharapkan dalam teori kinetik. Namun, di atas 45°C menyebabkan perubahan warna internal yang signifikan dan hingga 55°C fungsi katalis enzim hilang (Gaman & Sherrington, 1994). Hal ini juga disebabkan semakin tinggi suhu maka semakin tinggi pula laju reaksi kimianya, baik katalisnya maupun tidak. Jadi pada suhu 40°C tidak terdapat gumpalan pada larutan, begitu pula pada suhu ruangan, namun pada suhu 100°C masih terdapat gumpalan yang menandakan enzim mengalami kerusakan. Pada suhu ruangan, enzim masih dapat berfungsi dengan baik walaupun tidak maksimal. B. Pengaruh pH Enzim bekerja dalam rentang pH tertentu. Jika aktivitas enzim diukur pada tingkat pH yang berbeda, sebagian besar enzim dalam tubuh akan menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0 dan 9,0, kecepatan reaksi enzim mencapai puncaknya pada pH optimum. Mengandung enzim dengan pH terendah, seperti pepsin dengan pH terbaik 2. Pada pH yang jauh dari pH optimum, enzim akan berubah warna. Selain itu, dalam hal ini, baik enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik sehingga enzim tidak dapat menempel pada substrat (Hafiz Soewoto, 2000). Kebanyakan enzim bekerja aktif pada kisaran pH sempit, biasanya 5 – 9. Hal ini disebabkan oleh pengaruh pH terhadap kombinasi berbagai faktor.

Kecil kemungkinannya terjadi interaksi merugikan antara enzim dan ion-ion yang membentuk buffer, dan hal ini bukan disebabkan oleh pH yang disebabkan oleh memori. Jenis hubungan antara laju reaksi dan pH ditunjukkan dengan kurva lonceng. Setiap enzim mempunyai pH optimum yang berbeda-beda. Misalnya enzim amilase memiliki pH optimum 6,8.

D. Pengaruh konsentrasi enzim: Semakin tinggi konsentrasi enzim maka semakin banyak pula produk yang dihasilkan pada setiap waktu pengamatan. Dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa konsentrasi enzim berhubungan langsung dengan kecepatan enzim. Dapat dikatakan laju reaksi enzim (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim [E]. Semakin tinggi konsentrasi enzim maka reaksi akan semakin cepat (Hafiz Soewoto, 2000). Peningkatan konsentrasi enzim akan mempercepat reaksi enzim.

Laporan Biologi (hati Ayam)

Seiring bertambahnya waktu pada konsentrasi enzim apa pun, peningkatan volume produk akan menunjukkan bahwa perubahan tersebut tidak lagi berhubungan langsung dengan berlalunya waktu. Fenomena ini sangat mudah dipahami karena lama kelamaan tidak ada lagi.

Substrat yang tersedia mulai menyusut, sehingga produk yang dihasilkan enzim juga akan berkurang. Sebaliknya pada konsentrasi enzim yang rendah, hubungan antara waktu dan jumlah produk yang dihasilkan tetap berbanding lurus selama periode pengamatan yang sama. Jadi, semakin banyak jumlah enzim maka semakin cepat laju reaksinya. Terkadang terjadi penyimpangan dari persamaan ini sehingga diperoleh garis yang agak melengkung. Penguraian ini biasanya terjadi jika enzim yang diteliti tidak dalam keadaan murni, sehingga mungkin terdapat sejumlah kecil komponen reaktif. Di sisi lain, kesenjangan juga diamati pada sediaan enzim dengan kemurnian tinggi. Dalam hal ini disosiasi disebabkan oleh komposisi zat aktif, misalnya tidak adanya ion spesifik, padahal pH yang diperlukan ditentukan dengan menggunakan larutan buffer dan bukan hanya larutan dengan pH yang diperlukan (Mohamad Sadikin, 2002). . Merupakan pengaruh konsentrasi substrat pada reaksi enzim, jika konsentrasi substrat ditingkatkan tetapi kondisi lain tetap maka laju reaksi (v) akan mencapai maksimum (V). Pada titik maksimum ini, enzim sudah jenuh dengan substrat. Pada reaksi enzim, enzim berikatan dengan substrat membentuk kompleks substrat enzim [ES] yang akan terurai menjadi [E] dan produk [P]. Semakin kompleks [ES] yang terbentuk maka semakin cepat pula reaksi menuju tingkat kejenuhan [ES]. Ketika konsentrasi substrat [S] melebihi batas saturasi, laju reaksi akan konstan. Dalam hal ini, semua enzim berbentuk kompleks E-S. Peningkatan volume substrat tidak meningkatkan volume kompleks E-S. D. Enzim Amilase Amilase adalah enzim yang mendorong pemecahan pati menjadi gula. Amilase hadir dalam air liur orang yang memulai proses tersebut.

Saat ini spektrofotometer hanya menggunakan lampu sebagai sumber cahayanya. Lampu yang digunakan sebagai sumber cahaya adalah fotodioda yang dilengkapi monokromator. Di sini monokromator digunakan untuk mengubah cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya sehingga diperoleh cahaya dengan jenis panjang gelombang yang sama.

Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap Kerja Enzim

VI. Peralatan dan bahan: inkubator, 1 buah air liur (sumber amilase), 1 buah termometer. 1% tepung Teteskan pipet secukupnya Lar. Serbuk PH 1, 3, 5, 7, 10 mL Gelas ukur 1 Lar. Tabung Reaksi Yodium 0,01 N 10 buah vial 250 mL 2 buah Alat Ukur 50 mL 1 buah Tabung reaksi 1 buah Spektrofotometer UV – Vis 1 set

Uraian Jawablah Pertanyaan Berikut Dengan

Masukkan ke dalam 5 tabung reaksi  Diamkan selama 5 menit  Kocok  Diamkan selama 1 menit  + 1 ml I 2 0,01N  + 8 ml Aquades

Pelarutan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda-beda, yaitu 100x, 200x, 300x, 400x, 500x.

0,5 Ambil 0,5 mL  Tuang ke dalam labu takar 50 mL  + Encerkan hingga tanda ល dst.

Larutan terang + sampel = larutan tetap tidak berwarna setelah didiamkan = larutan tetap tidak berwarna setelah penambahan I 2 = kuning kecoklatan setelah diinkubasi, berubah menjadi cerah setelah ditambahkan 8 mL air, warna larutan berubah.

Enzim Dan Metabolisme Sel

Larutan stabil pada suhu kamar = larutan tidak berwarna setelah penambahan sampai larutan tetap tidak berwarna setelah penambahan, larutan I 2 = larutan berwarna kuning kecoklatan setelah penambahan, penyaring warna air larutan berubah pada uji serapan UV-VIS pH 1 = 0, pH 3 = 0, pH 5 = 0, pH 7 = 0, pH 9 = 0,

Nisbel + I 2  Larutan berwarna ungu Jika kondisi nizbel tidak berwarna ungu, kemungkinan larutan serbuk tersebut terhidrolisis dengan glukosa sehingga I2 tidak menunjukkan adanya nizbel pada larutan 5-.

Berdasarkan perhitungan nilai serapan glukosa = serapan, pada uji balnko diperoleh pH 1 = 0, pH 3 = 0, pH 5 = 0, pH 7 = 0, pH 9 = 0. Menurut teori pH yang baik Paling banyak adalah 7 .

Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap Kerja Enzim

IX Analisis dan

Karakterisasi Enzim α- Amilase Penggerek Batang Kuning (scirpophaga Incertulas) Pada Tanaman Padi Di Jember

Artikel Terkait

Leave a Comment